Rabu, 30 November 2011

[Fan Fiction] You're The Best - chapter 3

Maincast :
  • Yong JunHyung (B2ST)
  • Choi JaeHyun (OC)
  • Jang HyunSeung (B2ST)
  • Park JungRi (OC)
  • Oh Won Bin (ex. Member of FT.Island)
Judul : You're The Best

Genre : Flashback memory



Rating : 14+


Writter : Febby Chung

SILAHKAN DIBACA ^^


Esok paginya, Aku mendengar suara seorang laki-laki yang membangunkan ku dengan suara yang sangat lembut. Suara ini belum pernah ku dengar sebelumnya, sangat lembut. Suara ini terus memanggil nama ku untuk segera bangun dari tidur. Aku mengerjapkan mata, membiasakan pada cahaya matahari yang masuk dari jendela dan menggeliat sejenak. Suara itu terus memanggil namaku, Aku pun membuka mata dan melihat Wonbin duduk disamping ku. Ia tersenyum padaku dan berkata "Chagi, ayo cepat bangun. Ini sudah siang." mengacak-acak rambutku dan keluar dari kamar.
Aku tidak percaya, bagaimana dia bisa masuk ke rumah Yong? Aku duduk dan menguap selebar-lebarnya, saat menguap Ibu Yong masuk ke kamar dan berkacak pinggang.
"Jaehyun? Sedang apa kau? Ini sudah siang, kalian
harus segera berangkat." ucap Ibu Yong menyadarkan ku bahwa Aku harus pergi ke Prancis.
"Omona!! Bibi, apa kau tidak bisa melarang ayah?" pintaku pada
Ibu Yong yang duduk disamping ku.
"Tidak bisa sayang, ini sudah dipertimbangkan jauh hari oleh Ayah mu. Dan, ini juga untuk kebaikan mu." air mata menggenang di mata Ibu Yong.
"Aku tidak mau pergi dan meninggalkan mu disini. Aku khawatir dengan mu, bi. Aku juga tidak ingin dijodohkan dengan orang yang tidak ku kenal. Karena sebenarnya aku mencintai Yong." tanpa sadar, apa yang ku katakan membuat ku mengeluarkan air mata.
"Benarkah?? Aku tidak bisa melarang ayah mu sayang." Ibu Yong memeluk ku erat.
"Huks huks huks. Bibi, kenapa harus begini?" aku menangis di pelukannya, tetapi tiba-tiba Yong masuk dan melepaskan pelukan kami.
"Sudah siang, cepatlah bersiap-siap. Aku tidak ingin kau terlambat." ucap Yong dengan ekspresi yang sangat dingin kepada ku.
Jantung ku terasa mencelos. Apa maksudnya Yong berkata seperti itu? Aku pun pulang kerumah untuk bersiap-siap. Tetapi sebelum Aku keluar dari kamar, Ibu Yong kembali dengan membawakan pakaian dan mencegahku untuk keluar, Ia bilang agar aku mandi dan siap-siap di rumah Yong saja. Aku pun mengiyakan, lagipula aku harus cepat. Setelah bersiap dan mengenakan pakaian yang diberikan oleh Ibu Yong, aku keluar kamar berjalan menuju ruang tamu dan mendapati Yong, Hyunseung, Bibi, Ayah, Wonbin, dan Jungri sedang menunggu ku dengan suasana yang sungguh hening.
"Baiklah aku sudah siap." Aku memecah keheningan saat itu.
"Kau cantik sekali. Baiklah paman, kapan kita berangkat?" dengan senang Wonbin memuji ku lalu bertanya pada ayah.
"Kalau sudah siap, berangkat saja sekarang." Yong menyahut dengan kata yang sangat pedas.
"Baiklah kalau begitu." ayah berdiri dan semua orang yang ada di ruangan tersebut termasuk Jungri ikut mengantar ku ke bandara Incheon.

****

Beberapa menit menjelang keberangkatan, suasana berubah total. Ibu Yong dan Jungri mendekati ku dan memeluk ku dengan sangat erat. Aku membalas pelukkan mereka dan mulai menangis.
"Jaehyun, jaga dirimu baik-baik yaa nak. Bibi akan merindukan mu." ucap Ibu Yong sambil menahan tangis.
"Jaehyun, aku akan merindukan masa-masa kita di sekolah." Jungri menangis.
"Bibi, Jungri, aku juga akan merindukan kalian. Aku berjanji, akan terus menghubungi kalian." jawab ku sambil terus menangis.

Tetapi, saat memeluk Ibu Yong dan Jungri. Yong menyergah dan menarik tangan ku. Ia berjalan sangat cepat dan membawa ku ke pojok ruangan. Kami berhadap-hadapan, Ia menatap ku lekat-lekat. Lalu, tangannya merogoh kantung celananya mengambil sepasang kalung. Ia memperlihatkan kalung tersebut padaku.

"Ini untuk mu, ku harap kau dapat menerimanya." katanya sambil memakaikan kalung berliontin hati padaku.
"Aku??"
"Tolong pakaikan ini untuk ku." Yong menyuruh ku memakaikan kalung berliontin panah padanya.
"Aku pasti akan memakainya sepanjang waktu." aku tersenyum padanya.
"Jaehyun, aku menyayangimu. Aku mencintaimu, aku tidak ingin kehilangan mu dalam sedetik pun." Yong berusaha menahan tangis dan menatapku lekat.

Lutut dan tangan ku gemetar, dan rasanya aku ingin jatuh saat mendengar itu, aku tidak percaya. Tiba-tiba Yong mengangkat dagu ku, membelai pipi ku, dan memberi kecupan di kening ku.

"Oppa, aku juga menyayangimu. Tetapi, aku tidak bisa... Huks huks" aku menangis dihadapan Yong.
"Jangan menangis..." Yong mendekap ku dalam pelukannya, tetapi saat itu aku harus berangkat ke Paris dan meninggalkan Yong.
"Jaehyun, bolehkah aku memeluk mu?" Hyunseung datang, tanpa pikir panjang aku beralih pada Hyunseung.
"Hyun, aku akan merindukan rumus-rumus yang kau ajarkan padaku." lagi, aku menangis.
"Chagi sudahlah, ini waktunya berangkat." Wonbin menarik tanganku sehingga melepas pelukanku.
". . . " aku terbawa Wonbin.
"Jaehyun," Hyunseung mencium pipiku, mungkin untuk terakhir kalinya.

****

Setelah 6 jam perjalanan dari Korea, kami pun sampai di Paris. Kami pergi menuju apartemen yang sudah disewa ayah. Setelah sampai ditempat, ayah meninggalkan aku berdua dengan Wonbin di apartemen tersebut. Ayah bilang, apartemen tersebut disewanya untuk aku dan Wonbin, dan ayah tinggal di apartemen yang dekat dengan kota Canes. Aku sangat shock, tetapi aku tidak menghiraukan Wonbin untuk beberapa saat.
Aku langsung masuk ke kamar ku dan membereskan semua perlengkapan ku. Setelah selesai, aku baru sadar kalau aku belum berganti pakaian. Langsung saja aku mengambil pakaian ganti dan bergegas ke kamar mandi. Tanpa mengetuk pintu, aku membuka pintu kamar mandi.
Cekleek.

". . ." ternyata ada Wonbin yang sedang membuka pakaiannya didalam kamar mandi.
"Aaaah!!" teriak ku.
Braaak!! Aku langsung menutup pintu kamar mandi, dan masuk ke kamar lagi. Aku terduduk di belakang pintu sambil mengelus dada yang terasa berdebar-debar. Mata ku mulai berlinang air mata, tak tahu apa yang harus ku lakukan saat itu.
Aku menggapai tas ku dan mengambil frame foto, aku terus memandangi foto ku dengan Yong dan Hyunseung beberapa bulan yang lalu. Foto itu membuat ku ingin berada di samping Yong, aku pun mulai menangis sendirian di kamar.
Tok tok tok.
"Chagi, kau menangis?" Wonbin mengetuk pintu dan bertanya.
"Eh? Tidaaak." dengan cepat aku menyembunyikan foto tersebut dan mengusap air mataku. Lalu, Wonbin masuk tanpa izin ku.
". . ." aku menunduk, tidak ingin menatapnya.
"Jaehyun, apa kau ada masalah?"
"Tidak, aku baik-baik saja." aku tetap menunduk.
"Chagi, kenapa kau menunduk seperti itu?" Wonbin mengangkat dagu ku.
"Jangan sentuh aku!!" dengan sedikit amarah, aku menyergah tangannya.
"Mata mu sembab, chagi. Kau habis menangis yaa?" Wonbin membelai pipi ku.
"Jangan memanggil ku seperti itu!! Ini bukan urusan mu!! Sama sekali, aku tidak menyukai mu!!" amarah ku sudah di ujung tanduk.
"Baiklah, kalau itu mau mu. Jaehyun, maaf aku mengganggu mu. Silahkan menangis untuk meredakan amarah mu." Wonbin tersenyum pada ku dan berdiri meninggalkan ku.
"Tunggu!!" aku menggapai tangannya.
". . ." Ia kembali jongkok didepan ku.
"Aku butuh seseorang untuk berbagi! Huks huks." aku memeluk Wonbin dan mengeluarkan tangis ku.
"Jaehyun, sudahlah jangan menangis seperti ini. Dunia akan terasa seperti neraka kalau kau menangis terus." ucapnya mengelus kepala ku sambil terus memeluk ku.
"Tetapi, aku ingin berada di samping orang-orang yang menyayangi ku. Huwaa..." tangis ku menjadi-jadi.
"Jaehyun, coba kau tatap mataku." Wonbin melepas pelukannya dan memegang pipi ku.
"Aku tidak ingin!!" aku menggelengkan kepala ku.
"Jaehyun!! Kenapa kau keras kepala? Aku berada dengan mu sekarang, dan menyayangi mu!! Cobalah untuk melupakan yang lain." Wonbin mulai kehabisan kesabarannya.
". . ." akhirnya aku menatapnya lekat-lekat.
"Chagi, sungguh aku menyayangi mu. Tolong jangan menangis." Wonbin tersenyum pada ku.
"Baiklah, aku akan berusaha." ucap ku.
"Sudah, cepat mandi dan ganti pakaian." Wonbin merapikan rambut panjang ku dan mencium pipi ku dengan lembut.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku duduk di depan televisi sambil menggenggam kalung yang diberikan Yong. Karena aku tidak tahu, Wonbin pergi kemana, keadaan di apartemen sangat sepi saat itu. Aku pun memasang earphone di telinga ku, memutar lagu Rizhumu dan tertidur lelap di sofa yang empuk.

****

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 20.30 waktu Paris, aku terbangun dan mulai sadar kalau saat itu sudah malam, tetapi aku berpikir 'Sejak kapan aku menggunakan ini?', tiba-tiba saja ada selimut yang menyelimuti tubuh ku. Aku duduk dan mulai mengkoneksikan otak dengan dunia, lalu memakai kalung yang ku genggam tadi dengan sangat hati-hati. Lagi-lagi, aku terpikir oleh Yong.
Tanpa pikir panjang, langsung saja aku menyalakan sebuah komputer yang ada di ruang tengah untuk melakukan chatting melalui video skype dengan Yong dan Hyunseung. Tetapi, Yong dan Hyunseung sedang tidak online. Aku pun mengirim sebuah pesan melalui e-mail kepada Yong, Hyunseung, Jungri, dan juga Ibu Yong.

'Hai semuanya, bagaimana keadaan di Korea? Aku sedang tidak baik di Paris. Aku sedang merindukan kalian semua, tolong telpon aku ke nomor ini (xxxxxxxxxx) untuk meredakan rasa rindu ku pada kalian. Aku sayang kalian.' kira-kira begitulah isi pesan ku pada mereka.
Tidak lama kemudian, Wonbin keluar dari dapur dengan memakai celemek berwarna pink dan wajah yang tampak kepanasan. Saat melihatnya, aku tertawa terbahak-bahak sampai sakit perut. Ia hanya tersenyum malu dan menghampiri ku, lalu menjitak ku pelan.

"Apa yang kau tertawakan? Hah?" tanyanya menyalakan televisi.
"Tidak! Kau lucu memakai itu, ahaha!" aku menunjuk-nunjuk celemek.
"Aku senang kau bisa tertawa, baiklah ayo kita makan." ajaknya menarik tangan ku.

Aku terbawa olehnya dan duduk di depan makanan khas Korea yang di masak olehnya. Tidak ku sangka ternyata orang sepertinya bisa juga memasak seperti ini. Tetapi, aku jadi ingat saat di Korea dan makan bersama dengan Jungri dan keluarga Yong. Dan ternyata Wonbin membuat Gimbab, makanan kesukaan Yong. 'Aku ingin sekali memakan ini bersama Yong. Tapi tidakkah Ia memikirkan ku saat ini?' batin ku.
Aku kembali menangis, tanpa suara karena batin ku yang menjerit. Wonbin duduk di sebelah ku dan terkejut karena aku menangis lagi. Ia merangkul ku, tetapi Aku menyergah tangannya, mengusap air mata ku dan segera makan tanpa berbicara apapun dengan Wonbin.

"Kau selalu menangis, aku khawatir dengan mu. Kalau begitu, aku akan membuat mu tersenyum mulai sekarang." Wonbin mencium pipi ku.
". . ." Aku hanya mengangguk dan terus makan.

Setelah makan, aku bergegas pergi ke kamar dan belajar untuk membuang rasa sedih ku. Tetapi, tiba-tiba lampu di kamar ku mati dengan seketika.
Aku kaget dan berteriak karena takut, Wonbin masuk dan menarik ku keluar. Ternyata, lampu di kamar ku terjadi hubungan arus pendek.
Aku dan Wonbin duduk di luar sekitar balkon dan melupakan sejenak tentang Yong. Ia memainkan gitar dan aku menyanyi sambil memandangi gemerlap Kota Paris yang sangat indah di tengah malam.

"Oppa, aku ingin menyanyikan lagu FTIsland. Menurut mu apa yang cocok?" tanya ku pada Wonbin.
"Emm..mm..." Ia berpikir sambil mencari kunci gitar yang pas, dan akhirnya membunyikan chord gitar untuk lagu Angel and Woodsman.

Aku senang sekali, karena bisa menghilangkan rasa sedih ku untuk sejenak.

Geudaeneun namanae cheonsa hanabunin nae sarang . . . Aku menyanyikannya sampai akhir.
"Oh, ya, aku ingin bertanya, Oppa. Bagaimana dengan masalah sekolahku? Aku kan harus melanjutkan ke SMA," Wajahku seketika murung.
"Mungkin kau akan bersekolah di rumah atau home schooling. Tidak apa kan?" Wonbin mengelus pundakku.
"Kenapa harus home schooling? Kalau begitu, aku tidak akan punya teman," Aku beranjak ke depan balkon sambil memandang Kota Paris di tengah malam.
"Bukan begitu. Aku dan ayahmu hanya khawatir kalau kau bergaul dengan anak-anak Eropa," Wonbin menghampiri ku dan memakaikan jaketnya padaku.
"Aku mengerti. Apa ini? Tidak usah, aku tidak merasa dingin," Aku menyergah tangannya yang memakaikan jaket padaku.
"Mengapa kau seperti ini? Aku peduli padamu, tapi kau tidak peduli pada ku?" Gumam Wonbin dan memandang ke bawah dengan suram.
"Ahaha aku memang seperti ini, tidak padamu saja," Aku mengambil Galaxy S II milikku dan memotretnya. Wajahnya sangat lucu jika sedang suram.
"Kyaaaa kenapa kau memotretku? Berikan handphone itu!" Wonbin berusaha merebut ponselku, tetapi aku berlari di sekitar balkon yang cukup luas.
"Tidak akan bisa! Hey, kau lucu sekali jika sedang suram seperti ini! Sepertinya aku menyukai mu." Aku meledeknya dan menjulurkan lidah.
"Aku tidak peduli, aku ingin melihat foto ku." Ia memegang tangan ku saat melihat foto di ponsel ku.
"Eh? Fotonya bagus, tenang saja. Aku tidak akan merugikan orang lain." jelas ku saat Ia melihat foto dirinya.
"Kau ini!! Kau sudah seperti paparazzi saja." Ia mendekap ku erat dalam rangkulannya.
"Aku memang pintar memotret, jadi kau harus membayar ku untuk hasil yang bagus ini." Aku merebut ponsel ku kembali.
"Akan ku bayar dengan segera."

Tangan kirinya meraih tangan kanan ku, menggenggamnya dan mengelus tangan ku dengan sangat lembut. Aku yang duduk disebelahnya kaget, tetapi aku tidak bisa memberontak. Tangan kanannya, memeluk pinggang ku dengan erat. Aku mengerang, tetapi Ia sangat kuat. Ia mendekatkan wajahnya ke pundak ku, lalu ke atas dan mencium pipi ku lalu mencium bibir ku.
Aku melepaskan pelukannya dan ciumannya, lalu menamparnya dengan sangat kuat.

"Apa maksud mu?!" Aku menangis.
"Aku menyayangi mu Jaehyun." Ia mendekat pada ku.
"Jangan mendekat! Ku bilang jangan mendekat!" Aku melangkah mundur perlahan.
"Aku hanya ingin mencium mu. Aku tidak akan menyakiti mu, karena aku menyayangi mu."

Ia membelai pipi ku dan mencium ku dengan ala French Kiss. Aku tidak memberontak sedikit pun, tetapi tetap meneteskan air mata. Ia mencium ku begitu lama, setelah itu Ia memeluk ku dengan sangat erat.

"Aku menyayangi mu lebih dari apapun. Tolong jangan membenci ku. Sekarang kau adalah milik ku walaupun kau tidak mencintai ku."
". . ." Plaaak, aku menamparnya dengan keras, dan bergegas masuk ke kamar tanpa menatapnya lagi.

****

Esoknya, aku bangun pukul 08.00 waktu Paris. Aku mengerjapkan mata beberapa kali karena sinar matahari yang menyilaukan mataku melalui jendela yang di buka oleh Wonbin.
Saat melihatnya membuka jendela kamar ku, Aku kembali menenggelamkan tubuh ku di ranjang untuk kembali tidur. Tetapi, aku merasakan Wonbin duduk di tepi ranjang ku.

"Jangan menghindar dari ku. Aku tahu, kau sudah bangun. Jadi, tolong terima permintaan maaf ku."
". . ." Aku menyingkirkan selimut ku dan memandangnya dari belakang.
"Te..tapi, aku belum bisa menyukai mu. Walaupun aku sudah memaafkan mu." Akhirnya aku menjawabnya.
"Tidak apa-apa. Ini semua memang perlu proses, yasudah kalau begitu cepatlah mandi. Aku ingin mengajak mu berkeliling Kota Paris." suruhnya sambil mengacak-acak rambut ku.

Aku sudah selesai mandi, dan berpakaian cukup santai. Setelah itu, Wonbin dan Aku keluar dari apartement. Tetapi sebelum kamu jalan, aku menelpon ayah untuk meminta izin terlebih dahulu.
Entah kami ingin pergi kemana, tetapi yang jelas aku sangat senang karena mobil Wonbin sangat keren. Kami menaiki mobil Lotus yang baru dirilis tahun ini. Lagi-lagi aku melupakan Yong untuk sejenak. Wonbin berkata pada ku agar aku tidak terlalu mengingat Yong. Karena itu hanya akan membuat ku sakit hati, belum tentu Yong masih memikirkan ku di Korea sana, barang kali Yong sudah menemukan pengganti ku. Aku sangat kesal saat Ia berkata seperti itu, karena tidak mungkin Yong mengkhianati ku. Aku berpikir lagi, dan itu mungkin saja terjadi tanpa sepengetahuan ku. Sudahlah ku abaikan saja, hari ini aku tidak ingin menitikan air mata lagi.
Karena suasana di dalam mobil sangat hening dan tidak terjadi percakapan, aku pun mengeluarkan disc dari tas ku dan memutarnya di player lotus milik Wonbin. Aku memilih lagu Linkin Park yang berjudul Leave Out All The Rest, itu adalah salah satu lagu favorit ku.
Lalu, aku mengajak Wonbin bernyanyi bersama ku, ditambah dengan lagu-lagu lainnya.

"Hey, kau tau lagu ini tidak, oppa?" tanya ku sambil mengutak-atik player.
"Hmmm..yaa"
"Ahh!!" aku melempar cover disc karena kesal dengan jawabnya.
Plaak. Ia memukul kepala ku pelan sambil menyeringai sinis. Ku matikan player dan menutupi wajah ku dengan sweater yang ku bawa dari rumah.
Aku melirik ke arah player yang sedang di setel oleh Wonbin. Hiraukan itu! Ku dengar lantunan musik yang tidak asing, ternyata lagu End Of The Night milik Nico Touches The Walls.

"Dou shite kanashikunai to iikireru n da yo
kakushiteru yabo na kodoku hakidashite mo namida ga denai kara" kudengar Ia menyanyikan lagu tersebut dan menarik sweater ku.
"Eh? Apa?" tanyaku pura-pura kebingungan.
"Nyanyi bersama ku!" liriknya.
"Ashita moshi kono sekai ga oto mo naku kiete shimatte
sore demo mada kimi wa sou yatte tsuttatsu dake" kami bernyanyi sepanjang jalan dan tidak terasa sudah sampai di sebuah tempat. Di tempat tersebut terdapat gedung-gedung arsitektur khas Prancis yang indah.

"Tempat apa ini, Oppa?" tanya ku bingung.
"Ayo cepat, nanti juga kau akan tahu." Ia menarik tangan ku dan membawa ku ke dalam gedung yang tidak terlalu megah tetapi cukup membuat ku takjub.
Ia menggenggam tangan ku yang terasa sangat dingin, tetapi aku melepaskan genggamannya ketika ponsel ku berbunyi ringtone lagu FT Island 'Like The Birds'. Aku membaca layar yang menampilkan nomor tidak dikenal. Sepertinya ini nomor dari luar negara, karena berharap ini telpon dari Yong, aku menjauh dari Wonbin dan segera mengangkat telpon.

"Yeobseo? Jaehyun imnida." kata ku pada orang di sebrang sana, jantungku berdetak sangat kencang saat itu.
"Hei, Jaehyun kau apa kabar? Ini Jungri."
"Oh, kau Jungri. Aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu? Aku khawatir dengan mu, kalau tidak ada aku, hahaha." aku sangat senang Jungri menelpon ku.
"Aku baik-baik saja, apa kau tidak khawatir dengan Yong?" Jungri membuat ku bergetar.
"Jaehyun, ayo cepat!" Wonbin menarik tanganku.
"Eh? Jungri nanti saja yaa kau menelpon ku lagi. Aku sedang sibuk, maaf." Aku pun menutup telpon dan mengikuti Wonbin.

Di dalam, aku melihat banyak sekali lukisan terpampang di dinding gedung. Aku takjub melihatnya, selain lukisan disana juga terdapat buku-buku legendaris dan best seller yang di tahun 1970an. Aku sangat ingin membaca itu semua! Tetapi, ada yang memanggil Wonbin dan kami harus segera menghampiri orang itu.
Orang yang memanggil terlihat sangat rapi dengan memakai kemeja lengan panjang.

"Lama tidak bertemu dengan mu! Wah, kau terlihat lebih tampan yaa." ucap orang yang tidak ku kenal pada Wonbin.
"Kau ini! Aku baik-baik saja. Kenalkan ini Choi JaeHyun, sama seperti ku Ia dari Korea. JaeHyun ini John dari Australia." Wonbin memperkenalkan aku dengan orang itu.
"JaeHyun imnida." aku mengulurkan tangan pada John.
"Jonathan, panggil saja John. Aku pemilik galery ini." Ia menyambut uluran tangan ku.
"Senang berkenalan dengan mu." aku tersenyum.
"Kau manis yaa. Oh ya Wonbin, bagaimana kau jadi membeli peralatan untuk mendekorasi rumah?" tanya John pada Wonbin.
"Tentu saja, kau tidak sedang sibuk kan?" tanya Wonbin.
"Sebenarnya aku sedang sibuk sekarang, tetapi karena kau sahabat ku, aku akan membantu mu. Jadi, untuk kontribusi ku, kau harus membuatkan ku sebuah lagu." jawabnya sedikit tinggi.
"Baiklah itu gampang, ayo kita pergi. Jaehyun, ayo!" Wonbin merangkul ku.
"Eh? T..tu..tunggu, ada telpon. Yeobseo, ya? Baiklah, sudah di Canes?" John tampak panik.
"Ada apa John?" tanya ku.
"Maafkan aku, aku tidak bisa mengantar mu. Aku harus menemui calon mertua ku di Canes, Beliau sudah menunggu ku. Kalau begitu aku pergi dulu, yaa. Maaf." John pergi meninggalkan kami.
"Jadi, kau ingin mendekorasi ruangan? Mengapa harus minta bantuan John, aku saja bisa. Ayo kita pergi." ucap ku pada Wonbin, dan saat itu aku yang menarik tangannya.
"Eh?"

*****

Sampai di apartemen, pukul 14.00 waktu setempat. Setelah ganti baju, Aku mengambil wallpaper yang akan digunakan. Wonbin tidak diam, Ia ikut membantu merapikan bahan-bahan makanan yang tadi kami beli. Ia sangat hati-hati karena suka sekali dengan memasak.
Aku memulai pekerjaan ku mendekorasi ruangan, hanya sendiri, tanpa mengganggunya.
Aku naik ke kursi untuk memasang wallpaper bergambar gitar dari atas, tetapi aku terpeleset dan jatuh. Wonbin segera menghampiri ku, sebenarnya aku merasa sangat kesakitan, tetapi aku berbohong padanya. Karena khawatir aku terjatuh lagi, kami bekerja berdua.

*****

2 jam kemudian, semuanya selesai. Aku hampir tidak berkedip melihat dinding di apartemen ku, walaupun sederhana, aku puas karena ini aku yang mengerjakan. Di lapisi dengan wallpaper bergambar gitar tipe cellophone berwarna coklat, sinkron dengan warna lantai. Hanya itu saja, selebihnya kami menambahkan beberapa lukisan.

"Kalau begini sih, aku juga bisa. Seharusnya aku minta tolong dengan John tadi, ini sangat sederhana." komentar Wonbin.
"Eh? AKU SUDAH SUSAH PAYAH MENEMPELNYA!!! TAPI KAU HANYA BILANG SEPERTI ITU?? Hiks hiks hiks." Aku menangis sambil berteriak dan berlalu keluar menuju balkon.
"Bu..bukan begitu maksud ku. He..hey tunggu dulu Jaehyun." Wonbin beranjak menguntit ku.
"Sudahlah, aku tidak butuh kau lagi! Aduuh sakit sekali," saat duduk badan ku sakit sekali akibat jatuh tadi.
"Masih sakit? Ku ambilkan obat yaa, tunggu sebentar." Ia berlalu.
"Aku tidak ingin, lebih baik aku tidur. Argh, aku benci sekali dengannya." aku masuk ke kamar.

Aku tertarik untuk membuka e-mail karena penasaran. Setelah menyalakan laptop, langsung saja aku sign in ke gmail-ku. Ya! Ada beberapa pesan yang belum ku baca.
Saat ku buka, pesan-pesan itu berasal dari Yong! Ada 6 pesan.

'Jaehyun, bagaimana keadaan mu? Ku harap kau sehat dan baik-baik saja. Apa kau tahu? Aku sangat merindukan mu, aku ingin kau ada di samping ku yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Kapan kau kembali? Aku sedang memikirkan mu!'

Seketika, aku shock! Yong juga menyertakan fotonya di rumah sakit, apa yang terjadi pada Yong? Tanya ku pada diriku sendiri.
Pesan-pesan lainnya dari Jungri dan Hyunseung, mereka juga memberitahu keadaan Yong.
Khawatir akan keadaan Yong, aku menelpon Yong dengan telpon rumah, tidak peduli dengan tagihan yang harus di bayar.

"Tuut... Yeobseo? Bisa bicara dengan Yong? Disini Choi JaeHyun."
"JaeHyun!! Ini bibi nak, ada apa kau menelpon?"
"Aku ingin tahu keadaan Yong. Bibi apa kabar? Aku merindukan mu, bi."
"Yong, Ia sedang sakit. Kemarin, sepulang mengantar mu ke Incheon, Ia tidak pulang. Tetapi, pergi ke club dan meminum banyak alkohol. Akibatnya, Ia mengalami kecelakaan. Tulang belakang dan tangannya patah." Ibu Yong menangis saat bercerita.
"Eh? Apa yang harus ku lakukan? Aku khawatir dengannya, bi. Tetapi, aku tidak bisa pulang ke Korea sekarang." aku ikut menangis.
"Jangan khawatir bibi akan menjaga Yong. Kau harus menyelesaikan SMA mu 1 tahun lagi. Yong tidak akan berpaling dari mu."
"Baiklah bi. Untung saja SMA ku hanya 1 tahun di Paris. Jadi, aku bisa berkuliah dengan Yong."
"Bibi juga senang. Emm, ini ada Hyunseung yang juga merindukan mu. Haha"
"Hey!! Jaehyun, bagaimana kabar mu? Aku merindukan mu, oh ya kabarnya kau SMA hanya 1 tahun yaa? Apa kau sanggup menjalani program akselerasi 1 tahun? Wah kau akan menjadi kakak kelas ku yaa!!" Hyunseung histeris.
"Aku baik-baik saja. Haha begitulah Hyun. Bagaimana kabar mu?" Aku mengalihkan pembicaraan.
"Sudah ku bilang, aku merindukan mu. Itu artinya aku tidak baik. Aku berkhayal, bisa menjemput mu dari Prancis."
"Kau ini, aku mencemaskan Yong. Apa aku bisa berbicara dengannya?"
"Yasudah ini,"
"Ada perlu apa kau menelpon ku?" tanya Yong ketus.
"Eh? A..aku...khawatir dengan mu Yong."
"Kau hanya merasa bersalah kan? Aku tidak percaya, kalau kau khawatir dengan ku. Pasti kau lebih bahagia hidup bersama Wonbin dan tinggal serumah dengannya kan?" Yong memutuskan sambungan telpon.

Apa yang terjadi? Apakah Aku melakukan kesalahan? Hari apa ini? Mimpi apa aku semalam? Yong membuat ku sangat 'down'. Ia berubah, sejak hari itu Ia menjadi orang lain bagi ku. Tak tahu apa yang ku rasakan, antara masih mencintainya tetapi harus melupakannya juga. Kata-kata terakhirnya membuat ku merasa bersalah, karena Aku Ia harus menderita akibat kecelakaan.






*to be continued*

Sebenernya udah selesai di tulis, cuma aku lagi sibuk, jadi ga sempet deh untuk mengupdate fanfiction ini, jaadi mohon maaf buat yang udah nungguin *pede banget kayak ada yang nunggu ajah*

hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What the popular fandom of the popular grup?